Sabtu, 30 Mei 2015

Piala FA sebagai Mimpi dan Harapan




Agen Betting Online TerpercayaPiala FA (selain Piala Liga Inggris) sering diacuhkan penggemar Liga Primer Inggris. Kompetisi tersebut banyak mempertemukan kesebelasan-kesebelasan medioker, bahkan kesebelasan dari divisi bawah yang jarang sekali nongol di layar kaca. Padahal kemunculan kesebelasan-kesebelasan kecil dan medioker itu yang sering membuat Piala FA menjadi lebih menarik. 

Tentu saja, nilai sejarah Piala FA jadi nilai tambah tersendiri. Kompetisi ini merupakan ajang sepakbola tertua di Inggris. Dimulai sejak 1871/1872 yang diikuti 17 kesebelasan dalam sistem gugur, Piala FA masih terus bertahan hingga sekarang, melewati tahun demi tahun, dekade demi dekade, dan sudah bertahan di tiga abad yang berbeda: abad 19, 20 dan 21. 

Sepanjang abad demi abad itu, Piala FA juga merawat keterbukaannya kepada kesebelasan-kesebelasan di luar divisi teratas. Faktor itulah yang menjadi alasan Piala FA, yang diikuti 736 kesebelasan, tak bisa dikesampingkan begitu saja. Pasalnya dari keterbukaan semua divisi tersebut terjadi beberapa fenomena menarik yang jarang terjadi di Liga Primer Inggris.

Dana Segar Bagi Kesebelasan Medioker

Piala FA merupakan berkah bagi kesebelasan-kesebelasan divisi Championship hingga kesebelasan terendah di bawah sistem Liga Inggris. Alasannya karena kesebelasan kecil dan medioker manapun berkesempatan bertemu dengan kesebelasan top Liga Primer Inggris.

Banyak faktor-faktor yang bisa menjadi daya tarik finansial selain soal hiburan bagi kesebelasan-kesebelasan kecil di Inggris. Penjualan tiket pertandingan melawan kesebelasan besar saja dipastikan bakal ludes terjual.

Salah satu contohnya dialami tuan rumah Cambridge United ketika menjamu Manchester United pada 24 Januari lalu. Para pendukung Cambridge rela antri jauh-jauh hari demi membeli tiket. Walaupun tiket sudah habis mereka tetap berharap mendapatkan tiket tambahan dari pihak penyelenggara. Akibat sangat banyak peminat membuat tiket tambahan diproduksi sehingga bisa dibeli para pendukung Cambridge, kendati tiket tambahan itu mengharuskan mereka berdiri sepanjang laga. 

Tidak hanya dari urusan tiket, hak siar pun memberikan keuntungan bagi kesebelasan kecil yang bertemu raksasa. Dari laga melawan United, dikabarkan Cambridge mendapatkan dana sebesar 114 ribu poundsterling dari hak siar BBC One. Jumlah uang yang sama juga diberikan kepada pertandingan antara Liverpool melawan Bolton Wanderers pada ronde keempat Piala FA tersebut.

Apalagi jika kesebelasan medioker dan kecil itu mampu mencapai fase empat besar Piala FA di stadion Wembley. Dipastikan uang minimal 90 ribu poundsterling dari hak siar sudah berada di dalam saku. Maka jumlah uang tersebutlah yang sudah pasti akan dikantongi Aston Villa pada laga final Piala FA yang akan bergulir pada Sabtu (30/5) malam ini. 

Lain di televisi lain juga di area sekitaran stadion. Pertandingan yang mempertemukan dua kesebelasan berbeda divisi itu sering dimanfaatkan toko-toko assesoris klub bersangkutan. Beberapa propaganda dibuat dalam berbagai produk yang berkaitan dengan pertandingan yang akan digelar. Dari tiket stadion hingga scraft yang menyimbolkan kedua kesebelasan yang saling berhadapan. Scraft dengan setengah bagian Cambridge dan sisanya United pun ramai dijual di Stadion Abbey, kandang Cambridge.Di sisi lain FA Cup kerap dijadikan momentum kekerasan, terutama bagi kesebelasan Championship ke bawah. Bukan tanpa alasan, sebab inilah ajang yang memberi kesempatan kepada mereka untuk menunjukan eksistensi mereka di salah satu kompetisi besar di Inggris.

Niat untuk berulah sudah muncul sejak pengundian Piala FA disiarkan melalui berbagai media elektronik. Ketika berlangsung, biasanya masing-masing suporter akan berkumpul di suatu tempat sambil menyaksikan saluran komunikasi yang menyiarkan undian. Masing-masing menanantikan siapa lawan yang akan dihadapi mereka. 

Mereka kemudian akan bersorak girang ketika bertemu dengan kesebelasan rival. Apalagi jika kedua kubu sudah sangat lama tidak bertemu karena perbedaan divisi. Sungguh dirindukan momentum dimana mereka akan saling berhadapan dengan cacian dan pukulan.

Jangan lupa masih banyak suporter garis keras yang terus berkecimpung di luar divisi tertinggi liga Inggris. Birmingham Zulus (Birmingham), The Muckers (Blackpool), Leeds Service Crew (Leeds United), Millwal Bushwackers (Millwall), 6.57 Crew (Portsmouth) dan Subway Army (Wolverhampton Wanderers), dan perusuh lainnya sangat “rindu” bertemu lawannya yang tahun demi tahun menikmati kemewahan Liga Primer Inggris. 

Apalagi kesebelasan-kesebelasan Liga Primer Inggris juga memiliki basis suporter garis keras yang cukup berbahaya. Salah satunya Aston Villa Hardcore yang tempo hari melakukan invasi lapangan kala menghadapi West Bromwich Albion, pada babak delapan besar di Villa Park lalu, Minggu (8/3/2015).

Sekali lagi, kendati pertemuan itu bukanlah laga dengan rivalitas panjang, tetap saja potensi kericuhan tetap tinggi. Bayangkan saja apa yang terjadi jika Aston Villa bertemu dengan Birmingham, rival sekotanya, yang jarang lagi bertemu karena perbedaan divisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Live Chat Software